Kami putra dan putri
Indonesia,
Mengaku bertumpah darah
yang satu,
Tanah Air Indonesia.
Kami putra dan putri
Indonesia,
Mengaku berbangsa yang
satu,
Bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri
Indonesia,
Menjunjung bahasa
persatuan,
Bahasa Indonesia.
Yah, itulah janji dan
sumpah para pemuda-pemudi pendiri bangsa ini sekitar 84 tahun yang lalu,
tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah para pemuda-pemudi Indonesia yang
ingin merdeka dari segala bentuk penjajahan dari negara lain, dari penindasan dan kekuasaan
kolonialis pada saat itu. Dengan tekad dan komitmen inilah yang melandaskan
para pejuang Indonesia sehingga berhasil mencapai kemerdekaannya. Oleh sebab
itu, pemerintah Indonesia menetapkan setiap tanggal 28 Oktober diperingati
sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Sejarah
Singkat
Sumpah pemuda pertama
kali diikrarkan pada saat Kongres Pemuda. Dalam upaya mempersatu organisasi
pemuda yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia dalam satu wadah telah dimulai
pada Kongres I tahun 1926. Kemudian diadakan beberapa kali pertemuan namun
tidak mendapat hasil, dan pada pertemuan terakhir 12 Agustus 1928 yang diikuti
oleh semua organisasi pemuda diputuskan untuk mengadakan Kongres II. Pada
Kongres II, rapat pertama 27 Oktober 1928 diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen (sekarang
Lapangan Banteng), dan rapat kedua 28 Oktober 1928 di Gedung Oost-Java Bioscoop. Rapat penutup
diadakan digedung Indonesische Clubgebouw.
Pada sesi terakhir kongres, rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Oleh
Moehammad Yamin pada secarik kertas yang kemudian diberikan kepada Soegondo
ketika Mr. Sunario tengah berpidato. Soegondo membubuhi paraf setuju pada
kertas tersebut kemudian diteruskan kepada yang lain untuk disetujui. Sumpah
Pemuda dibacakan oleh Soegondo dan dijelaskan kembali oleh Moehammad Yamin. Sebelum
kongres ditutup untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf
Supratman diperdengarkan, lagu ini dimainkan dengan biola saja tanpa syair.
Banyak tokoh pemuda
yang terlibat dalam Kongres Pemuda I dan
II, mereka mewakili oerganisasi pemuda mereka masing-masing yang ada pada saat
itu. Diantaranya yang menjadi pengurus pada Kongres Pemuda II yaitu Soegondo
Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sebagai Ketua
Kongres, R. M. Joko Marsaid dari Jong Java sebagai wakil ketua, sebagai
bendahara adalah Amir Sjarifudin (Jong Bataks Bond). Johan Mohammad Cai (Jong
Islamieten Bond) sebagai Pembantu I, R. Katjasoengkana (Pemoeda Indonesia)
sebagai Pembantu II, R. C. I. Sendoek (Jong Celebes) sebagai Pembantu III,
Johannes Leimena (Jong Ambon) sebagai Pembantu IV, dan Mohammad Rochjani Su’ud
(Pemoeda Kaoem Betawi).
Bagaimana
dengan pemuda masa kini ??
Sekarang, Bangsa Indonesia
sudah 67 tahun menyatakan “Merdeka” dari segala bentuk penjajahan dan
penindasan. Kita sebagai pemuda-pemudi bangsa masa kini tuntut bagaimana cara
kita meneruskan perjuangan para pendahulu kita sesuai dengan keahlian dan
profesi kita masing-masing.
Kita tidak dituntut
untuk ikut perang, kita tidak pernah diwajibkan untuk wajib militer. Kita sebagai
pemuda hanya dituntut mencintai dan menghargai warisan dari negara ini,
memberikan sesuatu yang membuat negara bangga. Tapi sepertinya itu sangat sulit
bagi sebagian kita. Lihat saja, dari anak SD sampai Mahasiswa selalu saja tawuran,
sepertinya sangat sulit untuk duduk dan belajar bagi mereka. Kemudian lihat
bidang olahraga di negara ini, Sepakbola dan Bulutangkis yang merupakan
olahraga favorit, sekarang malah jauh dari kata berprestasi. Dan satu lagi yang
lebih penting, Ideologi Pancasila yang merupakan dasar dari negara ini, yang
seharus dipegang teguh oleh pemuda Indonesia malah semakin tergerus dengan
paham-paham lain.
Kita bangsa Indonesia memang
berbeda-beda (suku, agama, ras dan golongan) tapi bukan berarti harus
dibeda-bedakan (diskriminasi). Pelangi indah karena perbedaannya kawan. Terima
kasih.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar